Ruang Untukmu
Bab 361

Bab 361

Ruang Untukmu

Bab 361

“Tolong jangan bilang kalau saya yang merekomendasikannya. Hubungan kami tidak terlalu baik akhir– akhir ini,” kata Alanna untuk memperkuat alasannya.

“Ya sudah. Beri tahu nama klien dan alamat tempat pertemuan kalian.”

Alanna langsung menelepon Rully untuk meminta alamat. Setelah Felly mengetahui nama dan alamat klien, dia langsung menghubungi nomor kontak yang diberikan untuk konfirmasi.

Yang menjawab panggilan itu adalah seorang wanita. Dia bilang kalau dia ingin bertemu secara langsung oleh desainer di luar. Berbagai jenis bisnis sedang bersaing ketat di pasaran. Anggaran yang ditawarkan klien ini mencapai sepuluh miliar, jadi Felly vdak mau melewatkan kesempatan emas ini.

Oleh karena itu, dia bergegas ke ruangan Tasya dan melihat wanita itu sedang melamun seolah kehilangan semangat bekerja. Setelah mendengar penjelasan Felly tentang klien kali ini dan anggaran yang diberikan, Tasya langsung setuju dan refleks berdiri. Dia kemudian bilang, “Aku akan menemui klien ini kalau begitu.”

Mungkin dia bisa menghirup udara segar sekaligus mencuci mata.

Felly mengangguk. “Aku sudah membuat janji dengan wanita ini dan menetapkan waktu serta lokasinya. Ajak saja Maya sekalian, Hati–hati di jalan!”

“Baiklah,” jawab Tasya. Dia selalu yang paling antusias kalau soal pekerjaan.

Saat Tasya meninggalkan kantor, Alanna kembali ke ruang Felly dan bertanya apakah Tasya sudah berangkat.

Setelah memastikan Tasya baru saja hendak keluar dari tempat parkir, Alanna buru buru menelepon Rully. Sementara itu, Tasya tidak tahu ada bahaya yang menantinya di luar sana. Alanna yakin kali ini dia bisa menyingkirkan wanita menyebalkan itu. Saat ilu terjadi, dia bisa masuk ke kehidupan Elan untuk menghiburnya saat pria itu sedang berduka atas kematian Tasya. Dia akan membuat Elan jatuh cinta setelah merasakan kebaikan haunya.

Tasya dan Maya keluar dari gedung perusahaan. Ditengah perjalanan, Tasya menelepon klien dan mengonfirmasi janji temu mereka di sebuah kafe untuk membahas detail pesanan.

Keduanya bersenda gurau sepanjang jalan untuk menghabiskan waktu. Tidak lama kemudian, alat navigasi menunjukkan bahwa mereka hampir sampai. Tasya pun memarkir mobilnya di area sebelah kafe,

Hanya ada satu ruang untuk parkir yang tersedia dan Tasya mau tidak mau harus

memarkir mobil di sana tanpa menyadari ada orang yang tengah memperhatikan dia dari dalam mobil van hitam yang mengapit mobilnya.

Semua itu sudah direncanakan oleh Rully. Dia menyuruh anak buahnya memenuhi tempat parkir dan hanya menyisakan satu tempat itu.

Tasva dan Mava baru saja mengambil dompet dan keluar dari mobil saat pintu belakang mobil van itu dibuka. Tanpa aba–aba, mereka diseret ke dalam van hitam

terdekat. Pergerakan anak buah Rully sangat cepat. Mereka sama sekali tidak memberikan kedua wanita itu kesempatan untuk berteriak meminta tolong.

Mobil–mobil van itu pun langsung keluar dari tempat parkir. Dua pria kekar menahan Tasya di kursi belakang seraya buru–buru mengikat pergelangan tangan dan kakinya. Setelah itu, mereka menyumpal mulutnya dengan kain supaya Tasya tidak bisa memberontak atau berteriak.

Sorot mata Tasya dipenuhi rasa takut dan terkejut. Dia seharusnya bertemu klien hari ini. Bagaimana bisa dia jadi disergap dan diculik seperti ini? Di mana Maya? Apa dia akan baik–baik saja? Pada saat yang sama, Tasya juga teringat putranya. Kalau ada apa–apa, siapa yang akan menjaga Jodi?

Dia memberontak, tetapi tepat pada saat itu, pria di sebelahnya mengeluarkan jarum sunuk dan menyuntikkan sesuatu ke lengannya. Efek obat itu langsung menjalari tubuhnya dan membuatnya lemas. Akhirnya, semua berangsur–angsur menjadi gelap.

Sebuah mobil SUV hitam membuntuti dua mobil van itu. Ternyata, itu adalah pengawal Elan. Mereka mengikuti salah satu bawahan Rully dan tidak menyangka akan menyaksikan aksi penculikan itu. Lebih tepatnya, kamera dasbor di dalam mobil yang memperlihatkan para penculik dan korbannya itu. Pengawal di kursi penumpang yang sedang memeriksa rekaman langsung itu tertegun setelah dia memperbesar wajah korban.

“Ini Nona Tasya!” serunya.

“Cepat hubungi Pak Elan.”

Elan baru saja sampai di Perusahaan Prapanca saat ponselnya berdering. Dia melirik nama di layar dan menjawab panggilan dengan nada acuh tak acuh, “Halo?”

“Pak Elan, kami sedang mengikuti bawahan Rully. Mereka menculik Nona Tasya dan asistennya.”

Tubuh Elan langsung menegang saat melangkah melewati ambang pintu ruangannya. “Apa?”

“Kami yakin korban penculikan ini adalah Nona Tasya dan asistennya. Kami sekarang mengikuti salah satu dari dua van itu.”

“Baiklah. Awasi mobilnya baik–baik. Kalau Tasya berada dalam bahaya sekecil apa pun, lakukan apa pun sebisa kalian untuk menyelamatkannya,” perintah Elan dan tatapan yang berangsur tenang.

Meskipun begitu, dia siap meledak kapan saja.

Kenapa Rully menculik Tasya? Apa karena dia wanita yang kucintai?

Dia tidak punya waktu untuk memikirkan alasan Rully menculik Tasya. Tanpa bicara apa pun, dia memanggil Roy serta delapan pengawalnya sebelum bergegas menuju ke mana pun para penculik itu melaju.

Previous Chapter

Next Chapter

Follow our Telegram channel at https://t.me/findnovelweb to receive the latest notifications about daily updated chapters.
Tip: You can use left, right keyboard keys to browse between chapters.Tap the middle of the screen to reveal Reading Options.

If you find any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.

Report