Ruang Untukmu -
Bab 395
Bab 395
Ruang Untukmu
Bab 395
“Apakah kamu ingin aku membantumu?” Elan ingin mengambil-alih pemeriksaan rekaman.
“Tidak, terima kasih. Dia ingin memeriksa sendiri.
Kalau begitu, kamu harus istirahat sejenak.”
“Aku tidak apa-apa.” Mata Tasya sedikit merah, tetapi dia tidak ingin beristirahat.
“Matamu akan perih.” Hati Elan trenyuh saat melihatnya dari samping.
“Aku harus selesai menonton semua rekaman ini.” Kemudian, dia menutup matanya sejenak dan mengambil jeda. Di saat memijat-mijat pelipis matanya, tiba-tiba dia merasakan telapak tangan yang besar dan hangat memijat ringan lehernya. Terasa sangat menenangkan.
Di sisi lain, Alisa mengintip dari luar dan menyaksikan Elan sedang memijat leher Tasya, yang mana membuatnya cemburu sekaligus ketakutan.
Rupanya dia sudah meremehkan hubungan Tasya dan Elan. Selain itu, dia takut kalau mereka akan mengungkap tindak kejahatannya.
Setelah kembali ke ruang kerjanya, Alisa membuka ponselnya dan merasa semakin gelisah setelah melihat satu milyar telah dikirim ke rekeningnya pada hari itu.
Tasya kembali memeriksa rekaman setelah beristirahat sejenak. Sementara itu, Elan menyeruput kopi dari cangkir Tasya dan tiba-tiba teringat akan sesuatu. Lalu, dia mengeluarkan ponselnya dan pergi ke luar.
Elan tidak mengganggu kerja Tasya, tetapi bukan berarti dia tidak memiliki cara lain untuk menyelidiki.
Saat Elan kembali, Tasya masih menatap layar laptop. Namun, tiba-tiba alisnya mengernyit dalam setelah melihat seseorang keluar dari ruang kerjanya.
10%
Alisa berada di dalam ruang itu selama kurang dari dua menit sebelum keluar. Da terlihat sangat bersalah.
Lalu, Tasya memutar ulang rekamannya untuk mengamati dengan teliti ekspresi Alisa. Dia lantas menyimpan bagian rekaman ini sebelum melanjutkan pencariannya.
Tanpa disadari, waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam, dan Tasya sudah meminum dua cangkir kopi sampai saat ini. Di sisi lain, Elan tidak pernah semenit pun memalingkan pandangannya dari perempuan ini sepanjang waktu. Akhirnya dia meraih tangan Tasya demi dilihatnya matanya memerah dan menolak makan malam.
”
‘Makan dulu, setelah itu melanjutkan pemeriksaan ini lagi.”
“Aku tidak ingin makan.” Dia merasa tertekan karena dituduh menjiplak.
Mendengarnya, suara Elan yang berat dan tegas mengisi telinganya. “Kamu harus makan bahkan bila tidak ingin sekalipun. Jika khawatir Safira tidak akan membiarkanmu lepas dari masalah ini,
maka tidak ada alasan untukmu merasa takut, Paling buruknya, aku akan melawan mereka besok, dan masalahmu ini pasti akan selesai.”
“Baiklah, kamu menang! Kita akan makan di restoran seberang,” kata Tasya, sambil menyibak rambulnya ke belakang,
Saat ke luar dari ruang kerja Tasya sambil bergandengan tangan, Elan menyuruh para pengawalnya untuk menjaga ruang kerja itu, dan melarang siapapun masuk ke dalamnya.
Ketika mengetahui kalau Tanya tetap berada di kantor untuk menyelidiki masalahnya, Alisa pun juga tetap tinggal di kantor, Setelah itu, dia mengirim pesan pada Yanita dan menceritakan mengenai kemajuan penyelidikan yang dilakukan Tasya,
‘Kalian yakin akan memenangkan gugatan ini, bukan? Kamu tidak bisa menyeretku ke dalam kanun ini bersamamu
“Bosku sangat yakin. Serahkan saja pada kami!”
Tentu saja, Alisa tidak bisa ienang, karena dia tidak memberitahu satu fakta penting pada Yanita — yailu hubungan Tanya dengan Elan Salira hanya tahu kalau Tasya adalah perancang di Jewelia. Yang iidak diketahui oleh mereka adalah bahwa Tasya merupakan kekasih CEO Grup Prapanca.
Kali ini, Alisa merasakan kepanikan menjalari dirinya bahwa Safira akan menghadapi hari akhirnya
Dia berpikir untuk mengemas seluruh barangnya dan meninggalkan negeri ini. Saat keluar dari ruang kerjanya, Alisa melirik pada kedua pengawal yang ditempatkan di depan ruang kerja Tasya, dan hal itu menguatkan keputusannya untuk segera meninggalkan negeri ini.
Di dalam restoran, Tasya tidak berselera meskipun meja di hadapannya penuh dengan makanan lezat,
“Jangan icrlalu dipikirkan. Apapun yang terjadi, aku akan mendukungmu.” Kemudian, Elan nenaruh beberapa makanan di piring Tasya, yang kemudian disantapnya sebelum berkata dengan penuh integritas, “Aku bisa mendukung diriku sendiri.”
Bagaimanapun juga, perempuan yang mandiri secara finansial memang sangat percaya diri.
Setelah itu, dia menyodorkan semangkuk sup sarang burung ke Tasya. “Habiskan.”
—
Tiba-tiba Tasya merasa sedang dipaksa makan oleh laki-laki ini. Namun, dia patuh melakukan sesuai yang diperintahkan.
Kemudian, ponsel Elan berbunyi, la segera memeriksa dan mendapati pesan dari Roy. ‘Pak, saya mapapali I milyar iclah dikirim ke rekening Alisa Tedjakusuma pada pukul 2 siang hari ini. Ditransfer dari rekening publik Safira Permata Cahaya.’
Menangkapi pesan itu, Elan menjawab, “Awasi terus dia’
Previous Chapter
Next Chapter
If you find any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.
Report