Bab 1022
"Dia seorang pria, tidak masalah kalau ada bekas, tapi itu sungguh sangat sakit..." Saat memikirkan luka itu. Naomi merasa sedikit tidak tega, "Sudah digigit sampai seperti itu, tapi sama sekali tidak bersuara, malah masih mencemaskan luka Anda."
"Benar. Sekarang aku merasa, dulu sudah salah paham padanya. Dia cukup baik." Amanda berkata dengan serius, "Guru juga memujinya."
Tracy tidak bicara, memikirkan kembali masalah yang terjadi tadi malam......
Dia samar-sama mengingatnya. Kemarin, dia menggigit diri sendiri dulu. Demi mencegahnya melukai diri sendiri, barulah pria itu mengulurkan tangan......
"Sudah selesai." Setelah mengoleskan obat, Amanda mengingatkan, "Kak Tracy, cepat turun, Presdir Daniel sudah selesai membuat pangsit, menunggumu untuk sarapan."
"Ya. Kamu simpan kotak obat, kita sarapan bersama."
Tracy menepuk tangan Amanda.
"Ya."
Amanda pergi.
Tracy mulai berganti pakaian.
Naomi berkata di samping: "Dia bangun pagi-pagi untuk membuat sarapan, sudah sibuk selama dua jam. Sungguh sangat perhatian. Dia sangat baik pada Anda dan anak-anak......"
"Apa yang ingin kamu katakan?" Tracy bertanya dengan dingin.
Naomi segera menunduk, tidak berani bicara.
"Setelah berbaikan dengan Ryan, kamu mulai membantunya bicara." Tracy berkata dengan kesal, "Jangan mengira aku tidak tahu apa yang sedang kamu pikirkan." "Nona Tracy, aku......"
"Akhir-akhir ini, dia memang melakukannya dengan sangat baik, tapi itu tidak bisa menghapus kesalahan yang pernah dia lakukan. Kalau dibandingkan, apalah arti dari hal-hal kecil yang dia lakukan ini?" Tracy mengatakannya untuk Naomi, juga mengatakannya untuk diri sendiri.
Dia terus mengingatkan diri sendiri dalam hati, tidak boleh berhati lembut, tidak boleh berhati lembut, sungguh tidak boleh berhati lembut...
Dendam belum dibalas. Kalau berhati lembut di saat ini, maka dia akan bersalah pada semua penderitaan yang dia alami sendiri, juga bersalah pada Bibi Juni yang sudah meninggal.
"Baiklah, Anda benar...." Naomi tidak berani banyak bicara.
"Aku tidak menentang kamu bersama Ryan."
Saat melihat Naomi sedih dan tidak bersemangat, Tracy menghiburnya dengan berkata-
“Kalau kelak kalian punya rencana jangka panjang, asalkan tidak merugikan kepentingan Keluarga Moore, aku akan memohon pada Kakak. Tapi, jangan mencoba membujukku memaafkan Daniel. Itu dua hal yang berbeda."
"Aku tahu, maaf." Naomi terus minta maaf.
Tracy menepuk bahunya, lalu berganti sepatu dan turun ke lantai bawah dengan cepat.
Hari ini dia sangat bersemangat, berencana untuk pergi ke Laut Selatan untuk melihat-lihat. Meski proyek itu dihentikan dan uangnya sudah dikembalikan, tapi dia masih ingin berusaha lagi, lihat apakah bisa dikembangkan.
"Mami, mari cepat sarapan."
Ketiga anak sudah duduk dengan baik di ruang makan. Saat melihat pangsit yang diletakkan di depan, air liur ketiga anak hampir menetes.
"Oke." Tracy turun dengan cepat. Saat melihat anak-anak, muncul senyuman cerah di wajahnya, "Carlos, Carles, Carla, selamat pagi!"
"Mami, selamat pagi!" Anak-anak menyapa dengan serempak.
"Sungguh ramai." Tabib Hansen menghampiri dengan dipapah oleh Dixon.
"Tabib Hansen....." Tracy segera pergi menyambutnya.
"Kakek Hansen, selamat pagi." Anak-anak menyapa dengan akrab.
"Anak baik, anak baik!" Begitu melihat ketiga anak, Tabib Hansen sangat gembira, "Suasana keluarga ini sungguh bagus, selalu ramai setiap hari. Sekeluarga besar makan bersama, nafsu makan pun membaik, hahaha....."
"Tabib Hansen, ucapan Anda sangat benar. Aku juga merasa seperti itu."
Bibi Riana menghampiri dengan membawa pangsit, berkata sambil tersenyum......
"Hal yang paling membuatku gembira setiap hari, adalah melihat semuanya makan masakanku. Tapi pangsit hari ini dibuat oleh Tuan Daniel. Mulai dari membuat kulit, menyiapkan isian, sampai membungkus pangsit, semuanya Tuan yang menyelesaikannya sendiri."
"Tangannya masih terluka, jangan sampai terkena air." Tabib Hansen segera mengingatkan, "Tadi aku menyuruh Dixon untuk memanggilnya datang mengganti perban. Dia malah bilang akan menggantinya setelah sarapan."
"Aku juga membujuknya seperti itu, dia malah tidak mendengarnya." Bibi Riana tampak sedih, "Tapi aku yang membuat adonannya, aku tidak membiarkannya menyentuh air."
"Baguslah."
If you find any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.
Report