Bab 1141
Ada spekulasi yang sangat berani dalam pikiran Tuan Besar Louis, apakah maksud L adalah hidup Daniel sudah tidak lama lagi?
Saat pikiran ini berkelebat di dalam otaknya, wajah Tuan Besar Louis memucat dan melihat ke sekelilingnya, detak jantungnya pun mulai tidak beraturan. Sepertinya L tidak pernah melepaskan dendam antara Keluarga Moore dan Keluarga Wallance, ia pasti mengutus orang untuk diam-diam mencelakai Daniel...
Hal ini sama sekali tidak boleh disepelekan, jangan sampai menyeret Keluarga Louis dalam masalah ini.
Tuan Besar Louis mengelus dadanya, lalu segera naik ke atas untuk mencari Duke.
Duke sedang berada di kamar dan menelepon teman-temannya untuk memberi tahu mereka bahwa dia akan segera menikah, teman-temannya pun merasa gembira untuknya...
Di antara temannya itu ada yang merupakan salah satu pemegang saham proyek Stadion Paris. Setelah mendengar Duke akan menikah, dia masih tersenyum sambil berkata.
"Pantas saja Presdir Daniel mengundang beberapa pemegang saham untuk bertemu di Taman Lukehills, tapi kamu tidak. Aku pikir, apa telah terjadi perseteruan di antara kalian. Ternyata karena kamu akan menikah, ya? Kamu pasti tidak bisa datang karena sibuk menemani calon istrimu, 'kan?"
"Daniel menyuruh kalian berkumpul? Apa dia ada membahas tentangku? Dia ada mengatakan alasannya?"
Duke merasa sedikit tidak tenang, apa karena dia sudah bersama dengan Tracy, jadi Daniel ingin mengundurkan diri dari proyek ini?
Jika Daniel mengundurkan diri, maka proyek ini harus ditunda. Dari mana dia mendapatkan uang yang begitu banyak untuk mengisi kekurangan itu?
"Tentu saja karena masalah proyek. Kenapa? Kamu tidak tahu?"
“Beberapa hari ini aku di Negara Emron untuk mengurus urusan pernikahan." Meski merasa tidak tenang, Duke tetap percaya pada Daniel, "Dengarkan Daniel saja terkait urusan proyek, dia lebih berpengalaman dariku."
"Oke, aku akan segera menghadiri pertemuan itu. Seharusnya dia sudah mengetahui kamu akan menikah, 'kan?"
"Masih belum, aku meneleponmu lebih dulu."
"Kalau begitu, segera beri tahu dia, agar nanti malam kita bisa merayakan berita baik ini bersama."
"Aku ..."
“Istriku memanggilku, aku tutup teleponnya dulu ya."
Setelah menyudahi pembicaraan, Duke masih menggenggam ponselnya. Kegembiraan yang tadi dia rasakan sudah lenyap, digantikan dengan kerisauan...
Dia benar-benar tidak tahu bagaimana memberi tahu hal ini pada Daniel, juga tidak tahu bagaimana menghadapi Daniel.
Meski menghindar, tetapi proyek ini tetap harus dilanjutkan.
Apa yang harus dia lakukan?
"Sekarang sudah mulai risau?" Suara Tuan Besar Louis yang terdengar, membuat Duke terkejut, dia menoleh dan bertanya dengan tertegun, "Ayah, kapan ayah masuk?" "Barusan."
Tuan Besar Louis duduk di sofa yang ada di sebrang Duke, pelayan wanita segera menyajikan kopi untuknya. Setelah memberikan isyarat tangan, kedua pelayan wanita itu segera mengundurkan diri dan menutup pintu.
Tuan Besar Louis menyesap seteguk kopi dan berkata dengan ekspresi serius, "Berita masih belum diumumkan, tapi Daniel sudah mengumpulkan pemegang saham, sepertinya dia ingin mundur dari proyek dan membuat kita kelabakan."
"Seharusnya tidak akan begini...
Duke merasa sedikit tidak tenang, sebenarnya dia memiliki dugaan yang sama dengan ayahnya.....
Dia telah lama mengenal Daniel dan mengetahui bahwa bocah itu tidak mudah
dihadapi.
Duke sudah merebut ibu dari anak-anak pria itu, bahkan akan merebut anak anaknya, Daniel pasti sangat marah dan sangat wajar jika dia bertindak sesuatu....
"Apa kamu tahu dia akan melakukannya atau tidak." ujar Tuan Besar Louis kesal, "Memangnya menurutmu Daniel akan berbaik hati?"
"Meski dia melakukan itu, aku juga bisa memahaminya." Duke menundukkan
kepalanya, "Bagaimanapun, aku yang lebih dulu berbuat salah padanya, jika dia ingin memutuskan hubungan denganku, aku juga tidak bisa menyalahkannya."
Mendengar ini, Tuan Besar Louis semakin kesal, "Mereka berdua telah lama berpisah, kamu juga tidak merebutnya, mana bisa dikatakan bersalah padanya? Lagi pula, kalian sama-sama bersedia, kamu juga tidak memaksa Tracy menikah denganmu..."
"Meski begitu, tetap saja...." Duke tetap merasa tidak tenang, "Kelak saat bertemu, tetap saja akan canggung."
If you find any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.
Report