Bab 1145
"Apa dia mendengarnya?" Thomas sedikit khawatir.
"Seharusnya tidak." Ryan tidak berpikir terlalu banyak, "Carles tidak seperti Carlos, dia tidak bisa merahasiakan apa pun."
"Benar juga." Thomas menganggukkan kepalanya, "Malam ini kita kembali, 'kan? Aku akan menelepon Paman Sanjaya." "Iya."
Thomas mulai melanjutkan pekerjaannya dan Ryan berjaga di luar kamar Daniel.
Setelah kembali ke kamar, kedua pelayan wanita itu bersiap menyiapkan air mandi, tetapi Carles malah berkata, "Kedua kakak cantik, kalian keluar saja, aku mandi sendiri saja."
"Hari ini kenapa? Bukankah biasanya kamu senang kami membantumu mandi?" tanya pelayan wanita itu sambil tersenyum.
"Aku sudah besar, tidak boleh membiarkan kalian terus-menerus membantuku mandi...." Carles sedikit sungkan.
"Hehe, Carles sudah bisa merasa malu." Pelayan wanita yang satunya tersenyum.
"Duh, wajahku sudah mulai merah." Carles bermanja sambil memegang wajah mungilnya, "Aku sudah lapar, kalian bantu aku menyiapkan makanan saja. Aku mau makan setelah selesai mandi." "Baik, kami akan menyiapkannya sekarang."
Setelah kedua pelayan wanita itu pergi, wajah Carles langsung terlihat muram, dia segera menelepon Carlos melalui jam tangan pintarnya.
Setelah berdering lama, panggilan itu baru diangkat, suara Carlos masih terdengar mengantuk, "Ada apa, Carles?"
"Kak Carlos, Papi mungkin sakit." Suara Carles sedikit terisak, "Tadi aku baru saja mendengar Paman Thomas dan Paman Ryan berbicara, mereka ingin membujuk Papi berobat..." "Papi kenapa? Sakit apa?" ujar Carlos buru-buru bertanya.
"Aku juga tidak tahu, tapi aku merasa belakangan Papi semakin kurus, semangatnya juga tidak sebaik dulu." Hidung Carles terasa perih dan matanya sudah basah, "Kak Carlos, bagaimana ini? Apa akan terjadi sesuatu pada Papi? Aku takut."
"Kamu jangan panik dulu, cari tahu dulu Papi sakit apa." Carlos lebih tenang. "Mungkin hanya flu dan masuk angin saja. Atau Papi tidak bersemangat karena Mami membawaku dan Carla pergi?" "Menurutku, tidak seperti flu, Papi tidak beringus, tidak bersin, juga tidak demam..."
"Kalau begitu, kamu harus cari tahu Papi sakit apa, lalu beri tahu aku. Ini adalah tugas barumu!" "Oke, aku akan segera mencari tahu."
"Ya, masih ingat yang kuajarkan padamu? Saat menghadapi masalah harus tenang, jangan panik....
"Ingat, tadi aku juga melakukan seperti itu, jadi Paman Thomas dan Paman Ryan tidak mencurigaiku."
"Baguslah jika begitu, jangan panik, selama ini kesehatan Papi sangat baik. Meski jatuh sakit, juga tidak akan parah. Tapi, kamu harus mencari tahu dulu, lalu beri tahu aku, mengerti?" "Iya..."
Setelah menutup telepon, Carles yang teringat nasihat Carlos langsung kembali bersemangat, karena merasa tanggung jawabnya sangat besar.
Sedangkan Carlos yang ada di ujung telepon itu tidak bisa tidur lagi.
Dia tahu, pagi tadi saat Tuan Besar Louis datang mencari Maminya, Tuan Besar Louis pasti sudah mendapatkan apa yang ia inginkan. Jika tidak, tidak mungkin ayah dan anak itu begitu gembira saat pergi tadi....
Di saat seperti ini, Papi malah sakit...
Bagaimana ini?
Saat sedang memikirkan ini, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari luar, lalu terdengar suara Tracy, "Carlos, kamu sudah bangun?"
Carlos buru-buru beranjak dari ranjang dan membuka pintu, raut wajahnya langsung muram saat melihat Tracy berdiri di luar dengan pakaian glamor, "Mami mau pergi ke mana?"
"Mami mau pergi ke perusahaan sebentar." Tracy membungkukkan tubuhnya dan berbicara sambil memegang wajah Carlos, "Nanti setelah bangun tidur siang, kamu temani Carla bermain sebentar. Lalu jam 3 sore, harus sekolah online, ya."
"Ya." Carlos menganggukkan kepalanya, "Bukankah Mami tidak perlu mengurus
urusan bisnis dalam negeri Grup Moore? Kenapa tiba-tiba pergi ke perusahaan?"
"Ada sebuah konferensi pers yang harus Mami hadiri," ujar Tracy singkat, "Mami sudah harus pergi. Kamu harus patuh di rumah, ya. Jika butuh sesuatu, cari Kak Paula dan Bibi Lanny."
"Mami...."
Carlos menarik lengan baju Tracy, dia sudah bisa menebak konferensi pers apa itu.
Dia tidak ingin Maminya menghadirinya, tetapi setelah teringat perkataan Papinya untuk tidak ikut campur, dia pun melepaskan tangannya, "Sudah tidak apa, Mami pergi saja."
If you find any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.
Report