Tiga Harta: Ayah Misterius ...
Bab 1714
Bukan, Dewi tidak mungkin sedang memainkan trik lagi, 'kan?
Kemarin saat tidak ada yang melihat, dia masuk ke bagasi mobil dan menyelinap ke dalam rumah keluarga Moore ....
Pada saat itu, dia hanya menggendong sebuah ransel, tidak sempat membawa barang lain.
Dengan lain kata, uangnya masih di Vila sisi selatan...
Orang yang mata duitan sepertinya, mana mungkin bisa meninggalkan uang sebesar itu begitu saja?
Apa mungkin dia menggunakan pengobatan sebagai alasan untuk datang ke Vila sisi selatan, lalu ia akan mengambil uangnya dan kabur?
Bisa jadi.
Pasti begitu!
Dia juga sengaja menelepon didepan Lorenzo, menggunakannya sebagai kedok.
Memikirkan semua ini, raut wajah Daniel menjadi muram, dia benar-benar merasa, dia akan ditipu sampai
mati oleh si Dewi ini ....
Jika Dewi berhasil melarikan diri malam ini, bukankah Lorenzo akan mencekiknya hingga mati?
Daniel segera memerintahkan Thomas, "Kamu segera bawa orang bergegas ke sana, kepung wilayah Vila sisi selatan, jangan biarkan Dewi kabur."
“Hah?” Thomas membeku sesaat, kemudian buru-buru mengangguk, "Baik."
"Ingat, ikuti diam-diam, jangan mengejutkannya, jika dia ingin kabur, tahan dia, tahan sampai Lorenzo datang menangkapnya ...."
"Mengerti!" Thomas segera berganti mobil, membawa segerombol orang menuju bukit, dia takut tidak cukup orang, dan mengumpulkan beberapa orang lagi untuk segera menuju ke sana. Ketika Hartono berniat ingin mengejar mobilnya, Daniel memerintahkan, "Menyetir perlahan saja."
"Hah?" Hartono tidak mengerti.
"Kamu bodoh, ya." Daniel memelototinya, "Jika sekarang bergegas ke sana, seandainya bertemu mereka, kita tidak bisa menangkapnya, juga tidak bisa melepaskannya....'
"Benar juga, Tuan L dan Tabib Dewa, kita tidak boleh menyinggung keduanya." Hartono segera mengerti, "Jika bertemu mereka, Tuan Daniel akan kesulitan dari kedua sisi, lebih baik tidak bertemu." "Ya, akhirnya pintar juga." Daniel memejamkan mata dan mengistirahatkan pikirannya.
"Tapi, bukit itu begitu besar, dan banyak binatang buas, sangat mudah bagi Tabib Dewa untuk melarikan diri, 'kan?" Hartono sedikit tidak tenang, "Apa perlu memberi tahu orang-orang Nona Tracy untuk membantu?"
"Tidak perlu." Daniel berkata dengan perlahan, "Lorenzo pasti sudah punya persiapan, kita tidak perlu terlalu khawatir, cukup berpura-pura dan ikuti pertunjukannya saja sudah cukup." "Hah???" Hartono terkejut, "Jadi, Anda menyuruh Thomas ke sana hanya untuk berpura-pura dan mengikuti pertunjukan mereka saja?"
"Omong kosong." Daniel mengalihkan pandangannya ke arah luar, "Menurutmu, apa Thomas bisa menangkap Tabib Dewa hanya dengan membawa belasan hingga 20an orang?"
"Kamu lupa? Waktu itu Jeff, Sammuel dan juga Tracy, berjumlah ratusan orang, tidak ada satupun dari tiga kelompok itu yang bisa menangkapnya, dan sekarang hanya Thomas, apa bisa menangkapnya?" "Benar, benar." Hartono buru-buru menganggukkan kepala, "Jadi maksud Anda, Tuan L. sudah punya persiapan dari awal, Tabib Dewa tidak mungkin bisa lari. Anda menyuruh Kak Thomas segera ke sana, hanya demi sebuah pertunjukkan untuk diperlihatkan pada Tuan L, membiarkannya tahu bahwa Anda ada dipihaknya?"
"Ternyata kamu tidak begitu bodoh."
Daniel menghela napas, sekarang kondisi tubuh Ryan masih belum pulih, Thomas tidak bisa menangani semuanya sendiri, jadi dia ingin mendidik Hartono, tapi setelah membandingkannya, dia merasa Hartono
tidak hanya berada satu tingkat dibawah Ryan.
Lebih baik mengharapkan agar Ryan segera pulih.
"Hehe, terima kasih atas pujian Tuan Daniel."
Hartono menggaruk kepalanya, dia sangat senang.
"Kak Hartono, hati-hati!"
Dari sisi penumpang di sebelah sopir ada yang memperingatkan, sebelum Hartono sempat bereaksi, sebuah cahaya perak tiba-tiba melintas melewatinya, melaju kencang seperti hembusan angin, dan menghilang dalam
sekejap ....
"Ugh...." Hartono tercengang.
"Itu L." Daniel mengaitkan bibirnya menjadi sebuah senyuman, "Dia datang untuk menangkap orangnya sendiri, sepertinya dia benar-benar sangat peduli."
“Sekarang kita harus bagaimana?" Hartono bertanya dengan tergesa-gesa.
"Lebih cepat, kejar mereka, kita lihat pertunjukan bagus."
"Baik."
Hartono melajukan mobil dengan kencang, menuju ke Vila sisi selatan.
Saat ini matahari terbenam, pemandangannya sangat indah.
Daniel dengan santai mengagumi keindahan matahari terbenam, dia tahu, kali ini, Tabib Dewa tidak akan bisa kabur
Dan kedepannya juga tidak akan bisa kabur
....
If you find any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.
Report