Bab 1808

"Wiwi ...."

Tiba-tiba, terdengar sebuah suara panggilan yang familiar....

Seperti ada suatu telepati, Dewi tiba-tiba terbangun, kepalanya juga mendongak ke atas, dengan mata yang mengantuk, dia menatap Lorenzo dengan bingung.

Wajah tampan yang mempesona ini, benar-benar familiar....

Tiba-tiba, ada sebuah perasaan yang tidak biasa di hatinya, perlahan-lahan datang berdesir....

"Tuan sudah bangun?"

Suara Jeff tiba-tiba muncul, memecahkan suasana ambigu itu.

Seketika Dewi kembali ke akal sehatnya, ia segera mengembalikan pandangan, bangun dari lantai.

"Ada apa dengan Tuan?" Tanya Jeff khawatir, "Sepertinya barusan aku mendengarnya berbicara?" Dewi tidak menanggapi, hanya mengusap-usap kening Lorenzo, "Demamnya sudah turun." "Syukurlah." Jeff dan Jasper menghembuskan napas lega.

Dewi melihat jam di dinding, sudah jam setengah delapan pagi, "Aku kembali dan tidur dulu, kalian suruhlah seseorang untuk mengelap badannya, siapkan bubur, dia bisa makan setelah bangun." "Oke, oke, aku segera suruh orang untuk menyiapkannya."

Jasper bergegas pergi memberi perintah.

"Apa Tuan akan demam lagi?" Tanya Jeff.

"Tidak tahu." Dewi bersin, "Virus ini muncul berulang-ulang, masih bisa bermutasi, tidak ada yang bisa memprediksinya...."

"Hei, kamu...."

Jeff masih ingin mengatakan sesuatu, tapi Dewi sudah berjalan keluar ruangan.

Jeff sangat marah, Jasper menasihatinya, "Kenapa kamu selalu memarahinya?"

"Kamu lihatlah sikap dia itu." Jeff sedikit berapi-api.

"Yang dia ucapkan benar, hanya saja kenyataannya tidak enak didengar." Sebaliknya Jasper lebih terbuka, "Kita sudah terbiasa dengan sikap patuh dokter-dokter sebelumnya, sebaliknya malah tidak terbiasa dengan sikap terus terang seperti ini."

Mendengar perkataan ini, Jeff terdiam, kelihatannya masuk akal juga....

"Baiklah, kita jaga Tuan dulu."

"Ya."

Dewi benar-benar lelah, begitu kembali ke ruangannya, dia langsung tertidur.

Saat ini, tiba-tiba dia kepikiran tentang kalung itu, ia lupa mengambilnya kembali ....

Hanya bisa menunggu kesempatan lain.

Namun, karena dia sudah mengetahui identitasnya adalah Tabib Dewa, kalau begitu, kalung itu sepertinya sudah tidak begitu penting

Tapi, apa sebenarnya yang dia lupakan?

Sambil berpikir, Dewi pun tertidur ....

Kali ini, dia mulai bermimpi lagi, memimpikan sekelompok orang yang sedang memburunya....

Tiba-tiba, sebuah pukulan yang kuat menghantam belakang kepalanya, kemudian dia tidak mengingat apa-apa lagi.

Di belakang kepalanya muncul rasa sakit yang menusuk.

....

Dewi terbangun dari mimpinya, matanya terbuka, terlihat langit-langit ruangan, jantungnya masih berdetak kencang tanpa henti.

Mimpi ini, dia sudah memimpikannya berkali-kali.....

Setiap kali terbangun, belakang kepalanya akan terasa sangat sakit.

Dia tahu, masalah ini pasti berhubungan dengan ingatannya yang hilang.

Tapi, dia adalah seorang Tabib yang tak terkalahkan di dunia, siapa sebenarnya yang ingin membunuhnya?

Saat sedang berpikir, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari luar, kemudian terdengar suara sapaan hormat seorang pelayan wanita, "Tabib Dewi, Pangeran kami mengundang Anda untuk makan siang bersama!"

Dewi membalikkan badannya dan duduk, ia menyipitkan mata dan melihat jam dinding, ternyata sudah jam 12 siang.

"Aku akan ke sana setelah beres-beres."

Kebetulan, Dewi juga ingin menanyakan sesuatu.

"Baik, saya akan menunggu Anda di luar."

Pelayan membalasnya dengan hormat.

Dewi bangun, menyikat gigi, mencuci muka, mengganti baju yang cocok, memakai masker, lalu berjalan keluar ruangan sambil bersin.

"Mari Tabib Dewi!" Empat pelayan wanita menunggu di luar.

Dewi mengikuti mereka dari belakang, sebentar-sebentar ia mengucek mata, sebentar-sebentar bersin, benar-benar tidak cocok dengan suasana yang megah dan mulia ini.

Saat melewati koridor, Pangeran datang, dari jauh Dewi melihat Pangeran Willy yang duduk di depan meja panjang, di belakangnya berdiri dua orang pelayan.

Para pelayan wanita sedang meletakkan hidangan makan siang yang mewah di atas meja

makan.

Melihatnya, membuat Dewi ingin meneteskan air liur, saat ingin menghampiri, tiba-tiba terdengar suara familiar dari belakang, "Kenapa dia bisa ada di sini?"

Follow our Telegram channel at https://t.me/findnovelweb to receive the latest notifications about daily updated chapters.
Tip: You can use left, right keyboard keys to browse between chapters.Tap the middle of the screen to reveal Reading Options.

If you find any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.

Report