Bab 817
"Benar benar, ini adalah cara yang bagus." Ryan menganggukkan kepala berulang kali, "Nona Tracy sangat mencintai anaknya. Demi anak, dia pasti bisa mengubah pandangannya."
"Kita berpacu derigan waktu." Ekspresi Daniel terlihat sangat cemas, "Jika sebelum ingatan Tracy kembali, aku bisa membuat Kakek pergi, menemukan Tabib Hansen, lalu membiarkan anak-anak dekat dengannya, seharusnya hatinya bisa melembut."
“Namun, jika ingatannya kembali lebih dulu, lalu mengingat segala luka yang diberikan oleh Keluarga Wallance, takutnya dia akan sangat sulit memaafkanku. Selain itu, dengan temperamennya sekarang, dia pasti akan mencari segala cara untuk merebut hak asuh atas anak anak."
“Kalau begitu, sungguh tamat." Ryan merasa takut dan tidak tenang, "Begitu Keluarga Moore dan Keluarga Wallance berperang secara terang-terangan, masalah tidak akan selesai sebelum salah satu di antara kalian kalah."
Ekspresi Daniel semakin serius, dia sudah bisa merasakan bahwa perasaan dan intuisi Tracy sedang ditekan oleh logikanya. Wanita itu sudah mulai mencurigainya.
Selain itu, malam ini ada banyak celah, Tracy pasti bisa mengetahui identitas aslinya.
Di sisi lain, Tracy sedang melihat langit dari jendela, tatapannya terlihat dalam dan dingin.
Naomi menerima sebuah panggilan telepon, lalu melapor, "Nona Tracy, sudah terlacak. Mobil Pagani itu menuju Jalan Bahagia No.1 dan diparkir di garasi bawah tanah."
Tracy sedikit tertegun. Jalan Bahagia No. 1, pria itu pernah membawanya ke sana. Dia bilang di sana adalah rumah mereka dulu.
Jadi, hasil ini tidak bisa membuktikan bahwa dia bermasalah.
Mungkin saja sejak awal pria itu sudah memberikan kode padanya, ingin membuatnya mengetahui beberapa hal, hanya saja dirinya sendiri yang tidak bersedia mencari tahu kebenaran itu, tidak ingin mengetahui masa lalu yang penuh dengan penderitaan itu.
"Nona Tracy, apa perlu mengutus orang untuk masuk melihat-lihat?" Naomi bertanya dengan berhati-hati.
"Tidak perlu." Tracy masih tidak ingin menghadapi masa lalunya. Dia pun mengalihkan pembicaraan, "Apa sudah menemukan siapa dalang yang menyerangku tadi?"
"Sudah." Naomi mengeluarkan beberapa informasi, “Dalangnya adalah Linda Hilton!"
"Ternyata sungguh dia." Tracy menyunggingkan senyum mencibir, "Sebelumnya menerima dua tamparan, sepertinya pelajaran yang diberikan belum cukup juga."
Setelah berdiam sebentar, dia pun memberikan perintah, "Beritahu Bagian Perdagangan, serang Keluarga Hilton dengan sekuat tenaga!"
"Baik!" Naomi segera melaksanakan perintah.
Pada saat ini, mobilnya sudah sampai di Vila sisi utara. Ponsel Tracy juga sudah terisi penuh dan aktif kembali. Melihat ada sebuah pesan masuk, ekspresinya langsung berubah, lalu dia pun buru-buru menelepon balik. Dengan cepat, panggilan tersambung...
"Halo?"
"Kakak, selamat pagi!"
Sekarang waktu di Bunaken menunjukkan pukul setengah 3 subuh, sedangkan di Emron sudah pukul setengah delapan pagi. "Ponselmu biasanya selalu aktif."
Terdengar suara Lorenzo Moore dari ujung telepon, terdengar sangat tenang, namun auranya sangat mendominasi penuh wibawa.
"Ada sedikit masalah." Tracy menjelaskan, "Besok aku akan kembali."
"Naomi sudah melapor." Lorenzo selalu mengetahui segala hal tentang Tracy, "Hanya mengurus surat izin Dinas Olahraga saja, kamu tidak perlu kembali hanya demi masalah sekecil ini. Nanti aku akan menyuruh orang untuk mengirimnya!" "Terima kasih, Kak.” Tracy tertawa, "Tapi, apa kakak tidak terlalu memanjakanku? Aku ingin mengurus masalah sendiri..."
"Sampai sekarang kamu masih belum menyadarinya?" Lorenzo memotong perkataan Tracy, lalu mengingatkan dengan datar, "Daniel menyuruhmu kembali ke Emron, itu bukannya tidak ada maksud."
"Maksud Kakak..." Tracy baru menyadari, "Dia sengaja ingin membuatku pergi?"
"Aku sudah mengajarimu selama dua tahun, tapi reaksimu selambat ini?" Nada bicara Lorenzo sedikit tidak senang.
"Maaf..." Tracy menghormati kakaknya, sekaligus merasa takut padanya.
"Coba pikirkan dengan baik, apa yang harus kamu lakukan selanjutnya.”
Setelah berkata seperti itu, Lorenzo langsung memutuskan panggilan.
Tracy duduk di sofa sambil mengernyit, dia hampir masuk ke dalam perangkat Daniel yang menginginkannya pergi.
Namun, kenapa Daniel ingin membuatnya pergi?
"Nona Tracy, pesawat pribadi sudah siap." Paula maju untuk melapor.
"Batalkan." Tracy memberi perintah, tapi dengan cepat berkata lagi, "Tidak, biarkan pesawat itu
pergi sesuai jadwal, hanya saja, kita tidak naik ke pesawat itu."
"Hah?" Naomi dan Paula saling memandang, tidak mengerti maksudnya.
"Biarkan Daniel mengira kita pergi." Tracy menyipitkan matanya dengan aura berbahaya, “Aku mau lihat, apa yang sebenarnya ingin dia lakukan..."
If you find any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.
Report