Bab 1481
Kondisi Grup Wallance akhirnya terkontrol kembali. Tracy pun dapat bernapas lega.
Sebenarnya, Grup Wallance memiliki pengaruh yang besar, serta posisi yang kuat dalam dunia bisnis. Selama tidak ada konflik internal perusahaan, selalu bersatu dan bekerja sama dalam menghadapi masalah, maka perusahaan pasti tidak akan tergoyahkan.
Hanya saja, memang banyak hal yang tidak pasti, seperti hal-hal yang tidak terduga.....
Meskipun saat ini situasi telah relatif stabil, namun tidak ada yang mengetahui apa yang akan terjadi di masa depan.
Seperti yang dikatakan Tracy, dunia luar terus memata-matai Grup Wallance dalam beberapa waktu belakangan ini. Dikhawatirkan tidak sedikit orang yang telah berencana untuk menikam mereka dari belakang.
Tracy tidak boleh lengah sedikitpun.
Namun, tidak peduli seberapa sibuknya urusan di perusahaan, Tracy masih mengunjungi rumah sakit dan Kantor polisi setiap harinya.
Setiap hari, ia selalu mendesak pihak kepolisian untuk mencari informasi mengenai Daniel. Namun, polisi masih memercayai bahwa Daniel telah meninggal insiden kebakaran itu...
Saat ini, mereka hanya dapat menunggu Ryan dan Carla sadar kembali, mungkin mereka bisa mendapatkan sedikit petunjuk darinya.
Selain itu, situasi di rumah sakit juga terlihat suram. Luka yang diderita Ryan begitu parah, mungkin sulit baginya untuk bangun dalam waktu singkat ini. Satu-satunya harapan untuk mendapatkan petunjuk hanya dengan menunggu Carla sadar kembali.
Namun, Carla juga masih tak kunjung sadar....
Tracy terus merasa cemas. Ketika kembali ke rumah, ia masih harus menguatkan Carlos dan Carles.
Setelah musibah itu, keduanya larut dalam kesedihan yang mendalam.
Terutama Carlos yang setiap hari mengurung dirinya dalam kamar, menolak untuk bertemu dengan siapapun.
Pada awalnya, Tracy berusaha memberinya waktu untuk menenangkan dirinya. Namun, sekarang sudah memasuki hari keempat dan Carlos masih tak kunjung keluar, membuat Tracy begitu cemas. Setibanya di rumah pada malam hari, ia pun mencoba mengetuk pintu kamar Carlos.
"Carlos, ini Mami!"
Tidak terdengar suara apapun dari dalam kamar.
Tracy pun sangat gelisah. Ia melanjutkan, "Carlos, Mami masuk, ya."
Sambil mengatakannya, ia pun membuka pintu kamar dan perlahan berjalan masuk ke dalam.
Namun anehnya, lampu dalam kamar itu masih terang menyala. Carlos sedang duduk di depan meja belajarnya sambil mengenakan headset peredam suara. Ia tak henti-hentinya mengutak-atik komputernya, seperti seorang pecandu kerja yang telah lupa untuk makan dan minum...
la tidak menangis histeris, tidak terlihat putus asa, bahkan tidak terlihat murung dan depresi.
Melainkan, terus menerus mencari jalan keluar.
Namun, melihat Carlos seperti ini membuat Tracy merasa lebih tertekan...
"Mami!" Carlos baru bereaksi setelah menyadari keberadaan Tracy. Ia mendongak menatap Tracy dan terpana sejenak, lalu melepaskan headsetnya, buru-buru bertanya, "Kenapa Mami ke sini? Apa sudah ada info mengenai Papi? Bagaimana keadaan Carla dan Paman Ryan?"
Tracy segera memeluk Carlos erat-erat, dengan suara terisak berkata, "Papi pasti kembali. Carla dan Paman Ryan pasti akan sembuh juga..."
"Iya, aku juga yakin." Carlos menganggukkan kepalanya dengan sungguh-sungguh. Tatapannya penuh keyakinan, "Aku masih mencari informasi mengenai Bibi, meskipun sekarang belum menemukan apapun, tapi aku pasti bisa menemukannya. Asalkan kita berhasil menemukan Bibi, Papi pasti dapat terselamatkan."
"Carlos...." Tracy menarik napas dalam-dalam, lalu memegang wajah Carlos dengan kedua tangannya. Ia menatap Carlos dengan lembut, "Serahkan semua masalah ini pada Mami. Jangan terlalu menekan dirimu sendiri, ini bukan tanggung jawabmu...'
"Aku juga ingin melakukan sesuatu." Mata Carlos yang jernih itu memerah, "Aku akan merasa lebih sedih jika tidak melakukan apa-apa...."
Tracy tidak tahu harus berkata apa. Ia hanya merasa kasihan padanya, benar-benar mengasihaninya...
"Mami tidak perlu mengkhawatirkanku. Aku baik-baik saja." Carlos menyeka air mata Tracy dan berkata dengan lembut, "Aku tahu Mami pasti sibuk dan lelah. Mami harus menjaga kesehatan dengan baik. Jangan sampai jatuh sakit karena kelelahan."
"Iya." Tracy menganggukkan kepalanya.
"Satu lagi, aku dan Carles ingin mengadakan upacara pemakaman untuk Roxy. Beberapa hari ini kami begitu kalut, sehingga hari ini kami baru tersadar Roxy telah mati demi menyelamatkan Carla. Kami semua sangat sedih..."
Carlos yang awalnya berusaha untuk tetap tegar, akhirnya tak mampu menahan air matanya ketika membicarakan Roxy.
"Mami..." Saat itu juga, Carles berjalan masuk ke dalam dan memeluk Tracy sambil menangis tersedu-sedu, "Roxy sudah tidak ada lagi. la benar-benar telah tiada."
Beberapa hari ini, pikiran mereka begitu kacau, sehingga hari ini mereka baru benar-benar menyadari, Roxy telah meninggalkan mereka untuk selamanya...
If you find any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.
Report