Bab 1691
Setelah perbincangan dari hati ke hati itu, hubungan antara Daniel dan Direktur Toni pun
semakin kuat...
Setelah melewati pasang surut serta berbagi suka duka, mulai sekarang, orang-orang ini akan semakin bersatu dengan setia mengikuti Daniel.
Sejak Tuan Besar mendirikan Grup Wallance hingga sekarang, keluarga Wallance telah mengalami banyak pasang surut selama beberapa dekade terakhir, tetapi Daniel dapat tetap mempertahankan Grup Wallance dan tidak membiarkannya jatuh ke tangan orang lain.
Ini adalah warisan usaha Tuan Besar, leluhur keluarga Wallance, bahkan dirinya sendiri!
Sore harinya, Daniel mengadakan rapat dewan direksi, hingga yang terakhir mengatur masalah internal perusahaan. Ia juga mengumumkan bahwa mulai besok, ia akan kembali bekerja seperti
biasa.
Para direktur bertepuk tangan dan bersorak gembira, dengan berlinangan air mata berjanji akan mengikutinya sampai mati, tidak akan pernah mengkhianatinya.
Daniel hanya mengangguk sambil tersenyum, lalu membiarkan Thomas mendorongnya dengan kursi roda dan beranjak pergi.
Ada panggilan tidak terjawab tertera pada layar ponselnya. Panggilan itu dari Tabib Dewa.
Jika Daniel masih tidak pergi menemuinya, ia akan membawa beberapa binatang buas yang menakutkan untuk menghalanginya lagi.
Setelah naik ke mobil, Thomas berkata dengan ketakutan yang menghantuinya, "Nona Dewi juga meneleponku sebelumnya, mengancam bahwa apabila ia tidak melihatmu sebelum matahari terbenam, ia akan kehilangan kendali."
"Hahaha..." Daniel tertawa, "Kalau begitu, kamu harus lebih cepat menyetirnya. Jika kamu sampai terlambat, ia mungkin akan membakar Bukit Haruna."
"Nona Dewi memiliki temperamen yang buruk. Aku merasa hanya Nona Tracy yang begitu lembut dan ramah.....” Memikirkannya, Thomas merasa begitu sedih.
"Omong kosong." Daniel memelototinya, "Bahkan tanpa perlu membandingkannya dengan wanita kejam itu, istriku tetap lembut dan selalu ramah." "Iya, benar."
Thomas terus menerus mengangguk, sambil mendesak Hartono untuk menambah kecepatan.
Tidak lama kemudian, Hartono tiba-tiba berkata, "Ada mobil yang mengikuti kita."
"Hah?" Daniel menatap kaca spion, "Ini dari keluarga Moore."
"Apa mungkin mereka ingin mengikuti kita untuk menemukan Tabib Dewa?" Thomas mengernyitkan keningnya, "Kita semua ini sekeluarga. Tidak baik jika kita memulai konflik dengan mereka." "Berhenti di depan." perintah Daniel.
"Baik." Hartono melambat dan berhenti di depan.
"Apa yang terjadi? Apa mereka menyadari kita?" Para rombongannya bertanya kepada Jasper dengan gelisah.
"Sepertinya begitu." Jasper mengernyitkan keningnya, "Tapi Presdir Daniel tidak menyuruh rombongannya untuk menyingkirkan kita, malah memarkir mobilnya di pinggir jalan dan menunggu kedatangan kita. Sepertinya ia ingin mengatakan sesuatu."
"Itu......"
"Jalan."
"Baik."
Sebuah mobil Maybach berwarna silver melintas dan parkir di sebelah mobil Rolls-Royce Phantom berwarna hitam itu.
Jasper keluar dari mobil, dan datang untuk menyapa: "Tuan Daniel, sudah lama tidak berjumpa!"
"Pulanglah dan beritahu Lorenzo kalau aku akan datang untuk berbincang-bincang dengannya pada pukul sepuluh malam ini." Daniel berkata sambil tersenyum, "Tapi sebelumnya, tolong beri aku sedikit waktu."
"Ini..." Jasper berpikir sejenak, lalu berkata dengan rumit, "Tolong tunggu sebentar, aku akan melapor padanya."
Daniel memberi isyarat mempersilakannya.
Jasper segera pergi ke samping untuk menghubungi Lorenzo, lalu menyampaikan sesuai dengan apa yang dikatakan Daniel.
Lorenzo terdiam selama beberapa detik, dan menjawab dengan ringan: "Kembalilah."
"Baik." Jasper bergegas menjawab Daniel, "Tuan Daniel, jam sepuluh malam nanti, Tuan akan menunggu kedatanganmu!" "Aku akan ke sana tepat waktu."
"Baik!"
Jasper segera membawa rombongannya pergi meninggalkan tempat itu.
Setelah mobil mereka menjauh, Daniel meminta Hartono untuk kembali ke Bukit Haruna.
"Sepertinya kali ini lebih mudah untuk berbicara dengan Lorenzo?" Thomas menebak, "Mungkinkah karena Nona Tracy dan anak-anak, Lorenzo menghilangkan segala prasangkanya?"
"Tidak." Sudut bibir Daniel tertarik membentuk senyuman, "Itu pasti karena Tabib Dewa."
"Hah?" Thomas tidak mengerti.
"Menurutmu, ia tidak mampu menebak bahwa Tabib Dewa ada di Vila Sisi Selatan?" Daniel mengangkat alisnya dan bertanya, "Arah kita menuju Bukit Haruna, jadi ia pasti sudah menebak di mana Tabib Dewa bersembunyi, tapi ia tidak ingin bertindak gegabah. Sebaliknya, ia ingin menggunakan cara yang lebih lembut untuk membiarkannya pulang dengan sendirinya!"
If you find any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.
Report