Bab 1692
"Ternyata seperti itu." Thomas benar-benar tidak terpikirkan hal ini.
"Tampaknya Lorenzo sangat peduli dengan Tabib Dewa." Daniel sedikit menyunggingkan senyum, "Mungkin ini dapat membuat hal baik terjadi."
"Ugh..." Thomas hendak mengatakan sesuatu, namun ia tidak berani mengatakannya.
"Hm?" Daniel mengangkat alis dan menatapnya.
"Uhuk, uhuk..." Thomas terbatuk beberapa kali lalu berkata dengan pelan, "Aku rasa, menikah dengan iblis pemarah seperti itu, sama seperti menikahi bom waktu, jika kita tidak sengaja menyinggungnya, tidak akan ada kedamaian di rumah... L tidak sedang depresi, 'kan?"
"Pantas saja Ryan dan Hartono punya pacar, kamu tidak." Daniel memutar bola matanya, "Dengan pola pikirmu yang seperti ini, jika ada wanita yang menyukaimu, itu baru aneh." "Ugh....." Thomas tidak mengerti.
"Orang seperti L, dia menyukai tantangan dengan kesulitan yang tinggi, dia tidak akan tertarik dengan gadis biasa.” Daniel berkata, “Hanya Dewi yang bisa menaklukkannya!”
"Baiklah, aku memang tidak mengerti cinta." Thomas tidak mengerti, "Aku merasa cinta adalah siksaan, mencari orang untuk menyiksa diri sendiri."
'......" Daniel tertawa mendengar perkataan ini, "Yang kamu katakan ini, sepertinya sedikit masuk akal."
Orang-orang yang jatuh cinta seringkali saling peduli, juga seringkali saling menyakiti, mereka akan selalu mengalami pasang dan surut.
Sedangkan yang tidak terlalu mencintai, justru akan lebih damai.
Hanya saja, bukannya manusia hidup untuk bertemu dengan cinta sejatinya...
Barisan mobil berpapasan dengan sebuah mobil Aston Martin di pertengahan lereng bukit, mobil itu melaju mendahului mereka dengan cepat seperti angin. Thomas langsung mengenali itu adalah Dewi, tepat saat ia hendak berbicara, mobil itu menginjak rem, lalu mundur sampai ke samping mobil Rolls Royce.
Pada saat bersamaan, jendela mobil terbuka, Daniel menoleh, Dewi menjulurkan kepala kecilnya dan memaki dengan marah, "Kamu masih bisa kembali? Aku kira kamu sudah mati." "Tabib Hansen susah payah menghidupkanku kembali, bagaimana mungkin aku mati?" Daniel menatapnya dan tersenyum sumringah, "Pekerjaanku terlalu banyak, jadi menunda sedikit waktu. Sekarang bukankah aku sedang datang melapor padamu sebelum matahari terbenam?"
"Anggap saja kamu punya kesadaran!" Dewi memelototinya, lalu menjulurkan leher menatap ke dalam mobilnya, "Mana anakku?"
"Bagaimana mungkin bisa begitu mudah mengambil kembali seseorang dari tangan Lorenzo?" Daniel berpura-pura sedih, "Aku pernah bilang sebelumnya, kamu harus memberiku waktu." "Berapa lama?" ingatan Dewi seperti ikan emas, ia benar-benar lupa sebelumnya Daniel pernah berkata dua hari.
"Pengobatanku hari ini belum dilakukan, kita pergi ke atas bukit untuk berobat dulu, selesai berobat aku akan menemui Lorenzo." Daniel melihat jam tangannya, "Aku janji bertemu dengannya jam sepuluh!" "Ok!" mata Dewi langsung berbinar mendengarnya, "Ikuti aku."
Setelah itu, mobil Aston Martin itu melaju pergi....
Hartono bergegas mengemudikan mobil mengikutinya, namun bagaimanapun juga ia tidak dapat menyalip Dewi.
"Pelan sedikit, Tuan Daniel masih terluka." Thomas berkata dengan marah, "Ini bukan mobil balap."
"Baik." Hartono secepatnya mengurangi kecepatan mobilnya, mengendarai mobil dengan lebih stabil, namun ia tidak bisa menahan dirinya untuk menghela napas, "Tak disangka, kemampuan mengemudi Dewi sangatlah bagus, sangat terampil, dia lebih jago dibandingkan denganku dan Paula."
"Omong kosong." Daniel mencibir, "Kemampuan mengemudinya setara dengan Lorenzo, sedangkan keterampilan mengemudi Paula dipelajari dari Lorenzo, menurutmu?"
"Ternyata seperti itu." Hartono sungguh terkejut, "Aku dengar dari Paula, kemampuan mengemudi Lorenzo sangat luar biasa, namun dia sangat jarang mengemudikan mobil sendiri, jika kemampuan mengemudi Dewi setara dengan Lorenzo, maka aku akan merasa sangat malu."
"Masih banyak keterampilan yang iblis kecil ini kuasai, hanya saja otaknya sedikit tidak beres!" Daniel sedikit banyak telah mengenal Dewi, "Jadi, Tuhan itu adil, manusia tidak mungkin sempurna!" "Ini sudah sangat luar biasa." Thomas menghela napas, "Menurutku, di dunia ini tidak ada pria yang bisa dibandingkan dengannya."
"Iya, jangan main-main dengannya, semua orang di sekitar Lorenzo takut dengannya."
If you find any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.
Report