Bab 890
"Saya segera menelepon Thomas...." Ryan bergegas menelepon.
"Tidak perlu." Danicl mengangkat tangan, "Dari awal, aku sudah melakukan berbagai persiapan."
"Hah?" Ryan kebingungan.
Sesaat kemudian, Thomas menelepon, "Orangnya sudah berhasil disclamatkan, selanjutnya adalah...."
"Pindahkan dia ke vila bukit sisi sclatan dan kurung dia di gedung kecil pertanian untuk sementara." perintah Danicl.
"Baik." Thomas lekas melaksanakan.
"Ternyata Anda sudah punya persiapan." Ryan paham.
"Awalnya, cara ini untuk mencegah Tracy menyerangnya, tapi tak disangka begitu cepat digunakan." Ekspresi Daniel mulai tegang, "Tuan L ini liebat juga, tampaknya aku terlalu meremehkannya!" "Sebenarnya saya tidak terlalu mengerti." Ryan bertanya dengan hati-hati, "Nona Linda adalah musuh Nona Tracy. Jika ia jatuh ke dalam tangan keluarga Moore, maka bukan hal buruk, kan? Biarkan saja mereka menyelesaikannya sendiri, bukankah ini lebih baik?"
"Pemikiranmu sederhana sekali." Danicl berkata dengan tak senang, "Coba kamu pikirkan, apa akibatnya jika orang Moore menangkap Linda?"
"Tentu saja nyawa diganti dengan nyawa." jawab Ryan.
"Kalau begitu waktu dulu di Thailand, jelas-jelas Tuan 1. dapat membunuh Linda, tapi kenapa ia malah melepaskannya pergi dan juga membantunya menyembunyikan kebenaran?" Daniel lanjur bertanya. "Ini.." Ryan berpikir sejenak, lalu berkata, "Sebenarnya dari awal, saya juga memikirkan hal ini, saya berpikir scharusnya Tuan Lingin Nona Tracy belajar dan balas dendam sendiri, olch karena itu, ia melepaskan Linda."
"Ini adalah salah satu alasan." Kerutan di kening Daniel semakin erat, "Alasan lebih penting adalah Tuan L ingin menggunakan rasa dendam Tracy terhadap keluarga Wallance, agar Tracy dapat menghadapiku. Dengan begitu, ia memiliki kesempatan untuk mengambil perusahaanku dan bahkan mengakuisisi Grup Wallance!!!!" I
"Saya mengerti..." Ryan sudah paham, "Jadi, jika Linda jatuh ke tangan Tuan L, maka takutnya Nona Tracy mengira dalang di belakangnya, bukan hanya Devina, tapi juga Anda dan Tuan besar!!!" “Akhirnya kamu palam." Ekspresi Daniel semakin rumit, Linda pasti melakukan apa pun sesuai permintaan Tuan L, demi menjamin keselamatannya. Mungkin saja ia akan menambahkan namaku di dalamnya, karena bagaimanapun, Tracy memiliki kemampuan untuk membedakan. Tapi, jika ditambahkan nama Tuan besar, Tracy pasti percaya!"
"Iya...." Dalam seketika, Ryan merasa takut, "Jika Linda mengubahi ucapannya, bahwa Tuan besar dan Devina yang memerintahkannya ke Thailand untuk membunuh Nona Tracy, maka dengan temperamen Nona Tracy, ia pasti akan balas dendam pada Tuan besar. Anda pun tidak bisa duduk diam mengabaikannya."
"Walaupun Tuan besar juga bersalah, tapi ia juga akan merasa khawatir, dan akan menyebabkan kekacauan...." Daniel berkata dengan suara serak, "Apalagi, sekarang waktu tersisanya sudah tak banyak. Aku tidak bisa membiarkan siapa pun mencelakainya."
"Kalau begitu, kenapa Anda tidak langsung membawa Linda ke hadapan Nona Tracy untuk menjelaskannya secara langsung?" Ryan bertanya lagi, "Apalagi setelah pertempuran kemarin malam, scharusnya Nona Tracy sudah tahu kebenarannya dari Devina."
"Menjclaskannya secara langsung?" Daniel bertanya balik, "Membiarkannya menembak Linda, lalui nanti saat ia berhasil menangkap Devina dan jika Devina mengubah fakta, bukankah itu berarti ia mati tanpa
bukti?"
"Ternyata begitu, saya paham...." Ryan menganggukkan kepala, "Semua orang dan semua bukti harus dikumpulkan bersama, baru dapat menyajikan kebenaran lengkap. Tidak bolch kurang satu pun!"
"Gawat
Daniel tiba-tiba teringat satu hal yang lebih penting. Ia lekas menelepon Tracy.
Telepon tidak diangkat, ia Ickas menelepon Lily....
Dengan cepat telepon itu tersambung, "Halo...."
Suara Lily sangat kecil, ia tidak berani memanggil nama Danic).
"Jangan takut, aku hanya akan bertanya, dan kamu jawab." Daniel sangat tenang, "Kamu scdang bersama dengan Tracy?",
"Iya."
"Apa Tuan L ada di sana?"
"Tidak ada."
"Kalian sedang dalam perjalanan pulang ko vila bukit sisi utara?"
"Benar..." Ketika Lily sedang berbicara, terdengar suara Carla di samping. "Apa itu Papi?"
Dalam seketika, Lily merasa canggung, ia melihat Tracy dengan gugup.
"Tidak perlu takut, toh hanya telepon." Tracy sangat terbuka.
If you find any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.
Report